27 Rajab dipercaya sebagai tanggal terjadinya Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Ternyata, ada sebagian orang yang berpuasa khusus di hari itu dengan alasan bahwa hari itu adalah hari Islam, di mana Allah SWT memberi anugerah besar kepada Rasulullah dengan Isra’ Mi’raj yang terjadi pada hari itu.
Bagaimana sesungguhnya puasa 27 Rajab itu, adakah dalilnya? Berikut jawaban Syaikh Dr Yusuf Qardhawi yang beliau tulis dalam Fiqih Puasa:
Semua ini tidak ada dalilnya dalam syariat puasa. Allah SWT telah memerintahkan kaum muslimin untuk mengingat nikmat besar yang dianugerahkan kepada mereka, sebagaimana nikmat dalam Perang Ahzab.
Ingatlah nikmat Allah kepada kalian, ketika datang pasukan-pasukan kepada kalian, maka Kami utus angin dan pasukan tak terlihat untuk menghancurkan mereka” (QS. Al Ahzab : 9)
Meskipun demikian, mereka tidak pernah mengingat hari-hari ini. Semua melupakan nikmat ini, tenggelam oleh nikmat syawal dan lain-lain.
Dalam Zaadul Ma’ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkata, “Para sahabat dan tabiin tak pernah mengkhususkan malam isra’ dengan amalan tertentu, tidak pula memperingatinya dengan acara tertentu. Oleh karena itu, tidaklah malam isra’ dianggap sebagai malam yang paling utama bagi Rasulullah.”
“Tak ada dalil yang diketahui tentang bulannya (terjadi isra’ mi’raj), tentang sepuluh harinya, apalagi hari H nya. Bahkan nukilan tentang itu semua terputus riwayatnya dan saling berselisih. Tak ada yang qath’i tentangnya dan tak ada syariat bagi umat Islam untuk mengistimewakan malam (27 Rajab) itu dengan shalat atau lainnya.”
Dengan demikian, meskipun malam 27 Rajab telah termasyhur sebagai malam Isra’ dan Mi’raj, sesungguhnya tak ada dalil tentang itu.
Jadi, demikianlah puasa 27 Rajab atau puasa Isra’ Mi’raj. Syaikh Dr Yusuf Qardhawi telah menerangkan bahwa puasa itu tak ada dalilnya. []
Bagaimana sesungguhnya puasa 27 Rajab itu, adakah dalilnya? Berikut jawaban Syaikh Dr Yusuf Qardhawi yang beliau tulis dalam Fiqih Puasa:
Semua ini tidak ada dalilnya dalam syariat puasa. Allah SWT telah memerintahkan kaum muslimin untuk mengingat nikmat besar yang dianugerahkan kepada mereka, sebagaimana nikmat dalam Perang Ahzab.
Ingatlah nikmat Allah kepada kalian, ketika datang pasukan-pasukan kepada kalian, maka Kami utus angin dan pasukan tak terlihat untuk menghancurkan mereka” (QS. Al Ahzab : 9)
Meskipun demikian, mereka tidak pernah mengingat hari-hari ini. Semua melupakan nikmat ini, tenggelam oleh nikmat syawal dan lain-lain.
Dalam Zaadul Ma’ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkata, “Para sahabat dan tabiin tak pernah mengkhususkan malam isra’ dengan amalan tertentu, tidak pula memperingatinya dengan acara tertentu. Oleh karena itu, tidaklah malam isra’ dianggap sebagai malam yang paling utama bagi Rasulullah.”
“Tak ada dalil yang diketahui tentang bulannya (terjadi isra’ mi’raj), tentang sepuluh harinya, apalagi hari H nya. Bahkan nukilan tentang itu semua terputus riwayatnya dan saling berselisih. Tak ada yang qath’i tentangnya dan tak ada syariat bagi umat Islam untuk mengistimewakan malam (27 Rajab) itu dengan shalat atau lainnya.”
Dengan demikian, meskipun malam 27 Rajab telah termasyhur sebagai malam Isra’ dan Mi’raj, sesungguhnya tak ada dalil tentang itu.
Jadi, demikianlah puasa 27 Rajab atau puasa Isra’ Mi’raj. Syaikh Dr Yusuf Qardhawi telah menerangkan bahwa puasa itu tak ada dalilnya. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar