Selasa, 24 Juli 2012

Sakaratul Maut


Alhamdulillahi, washsholaatu wassalaamu ‘alaa Rosuulihi, wa’alaa aalihi washohbihii ajma’iin.
Ammaa ba’du : Ayyuhal ikhwaan, Saudaraku seiman......

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejap, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).

Atsar (pendapat) para Sahabat Rasulullah SAW :
Ka’ab al-Akhbar berpendapat : “Sakaratul maut itu ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan ke dalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itu pun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda-beda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walaupun tampak di dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon berduri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang yang dzalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu di depan satu di belakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dan dari mulutnya keluar jilatan api. Ketika melihatnya, Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman Allah di akhirat jauh lebih dahsyat dari itu.
Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malaikatul Maut saja sudah menakutkan, apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa ruh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentakkan tubuh kita agar ruh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita, ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.
Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan ruh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) : “Keluarkanlah nyawamu ....!!!”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para Malaikat dalam keadaan berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata) : “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab) : “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)
Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang dzalim, si Malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua Malaikat itu.
Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan ruh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan Malaikat ketika menunjukkan rumah di akhirat bagi seorang yang dzalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”.

Saudaraku....
Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, tapi ingatlah bahwa setiap detik yang engkau lakukan akan dimintai pertanggungjawaban. Cintailah siapapun yang engkau ingin cintai, tapi ingatlah cepat atau lambat engkau akan berpisah dengannya. Hiduplah sesukamu, tapi ingatlah semua akan berakhir dengan kematian. Demikian kira-kira pesan ta’lim dari Jibril kepada Rasulullah SAW seraya mengingatkan kita ummatnya.

Mudah-mudahan bermanfaat, Amiin.
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an-laa ilaaha illaa Anta, astaghfiruka waatuubu ilaika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar