“menghitung hari” itulah salah satu lagu yang pernah dinyanyikan oleh Krisdayanti. Sebuah gubahan kata yang seterusnya menjadi lirik lagu ini benar-benar sarat muhasabah. Dari kata itu mengingatkan sudah berapa banyak kah persiapan kita untuk menyambut hari berikutnya. Sehingga dengan selalu muhasabah terhadap hari yang telah lalu kita akan menjadi lebih baik pada hari yang akan datang.
Saat ini, kita berada di penghujung bulan Sya’ban. Hanya tinggal beberapa hari lagi kita akan kedatangan tamu agung. Sya’ban beranjak pergi dan Ramadhan pun kembali menghampiri. Sungguh, detik-detik inilah yang dinanti oleh umat Islam di segala penjuru dunia. Rasa harap bercampur bahagia bertaut dalam jiwa menunggu tamu ramadhan ini. Oleh karenanya kita dianjurkan berdoa agar Allah menyampaikan kita ke bulan ramadhan tahun ini.
Dari Anas bin Malik berkata: Jika berada di bulan Sya’ban biasanya Rasulullah saw. Selalu berdoa: “ Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban. Serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.” (HR at Thabrani)
Bulan ramadhan merupakan bulan yang paling mulia. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bazar disebutkan bahwa Rasulullah saw menyebut bulan ramadhan sebagai majikan setiap bulan yang ada. Pada bulan ini berkumpul semua kebajikan. Setiap ibadah baik yang sifatnya wajib ataupun sunnah dilipatgandakan ganjarannya. Bahkan sebelum amal itu dilaksanakan sekalipun, walau berupa niat, maka Allah langsung mencatatnya sebagai kebajikan. “Sesungguhnya Allah swt akan mencatat ibadah wajib dan sunnah meskipun belum dilaksanakan. (HR Ahmad)
Bagaimana tidak, bulan yang bertepatan dengan turunnya Al-quran ini tentulah memiliki banyak keistimewaan dibanding dengan bulan-bulan yang lain. Dalam surat al-Baqarah ayat 185 Allah berfirman: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil…” oleh karenanya bulan ini dinamakan juga dengan Syahrul quran, sebab selama bulan ini al-quran berulang-ulang dibaca dan ditadarruskan di setiap masjid.
Pada ayat berikutnya QS al-Baqarah:186 Allah swt berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” Hal ini mengisyaratkan kita agar memperbanyak doa di bulan ramadhan.
Di setiap waktu sepanjang bulan ramadhan adalah waktu mustajab untuk berdoa. Khususnya lagi pada dua waktu yang tidak kita jumpai selain dibulan ini, yaitu waktu berbuka dan malam lailatul qadar. Oleh karenanya bulan ini juga dinamakan syahrul ad du’a.
Rasulullah saw bersabda: “sesungguhnya doa orang yang berpuasa ketika berbuka tidak akan ditolak” (HR Ibnu Majah)
Selain keutaman yang telah disebutkan di atas, bulan ini juga merupakan tempat pembentukan diri seorang muslim menjadi pribadi yang sabar, syukur, peka sosial, merasa senantiasa bersama Allah dan senantiasa berlomba untuk berbuat kebajikan.
Bagi orang yang berpuasa, kesehariannya menahan lapar dan dahaga, membiasakan shalat fardhu berjamaah, melaksanakan shalat tarawih, witir dan tahajjud semua ini melatih diri untuk bersabar dalam ketaatan menjalankan ibadah. Kemudian saat berpuasa orang dituntut untuk menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan yang mengurangi nilai puasanya. lidahnya terhindar dari perbuatan dusta, ghibah dan namimah. Matanya tidak memandang yang haram, tangannya tidak mengambil atau memakai benda yang bukan miliknya serta kakinya tidak digunakan untuk melangkah ke tempat maksiat. Semua ini melatih diri untuk bersabar dalam menghindari maksiat.
Pada orang yang berpuasa akan terpupuk rasa syukur. Ia bersyukur atas kesempatannya bisa menjalani ibadah di bulan ramadhan. Karena ia akan memperoleh ganjaran yang berlipat ganda dari amalan yang dilakukannya sepanjang ramadhan. Dengan menahan lapar dan dahaga membuat dirinya empati terhadap fakir miskin. Ia akan berfikir kalau sehari saja kondisi puasa membuat mereka lemas, bagaimana dengan orang yang setiap harinya kekurangan pangan. Dengan begitu ia akan menginfakkan sebagian hartanya untuk membantu sesama yang kemudian dikenal zakat.
Sungguh betapa berharganya nilai satu bulan ini. Kehadirannya yang beberapa saat lagi mengharuskan kita sedari sekarang untuk mempersiapkan lahir dan bathin. Dengan waktu yang tersisa, jadikan diri kita siap menerimanya secara lahir dengan memerhatikan kesehatan tubuh. Terntunya kalau sering sakit maka ibadah yang akan di lakukan tidak optimal. Begitu pula dengan persiapan bathin, hendaknya membuat perencanaan rutinitasa ibadah dalam jadwal. Dari jadwal itu diharapkan bisa mendisiplinkan diri dalam melaksanakannya.
Berbahagialah orang yang telah mempersiapkan dirinya untuk menjalani puasa di bulan yang penuh berkah tersebut. Ia akan lebih banyak berbuat amal sebab telah dipersiakan sebelumnya. Dan saat tamu itu kembali kehadirat Allah, maka seluruh ibadahnya akan menjadi saksi. Terlebih lagi jika puasanya dijalani dengan sepenuh hati. Dan saat keluar dari bulan itu maka ia seperti bayi yang baru dilahirkan. Serta kelak di hari pembalasan surga dengan pintu “rayan” akan memanggilnya.
“ALLAHUMMA BARIK LANA FI RAJAB WA SYA’BAN, WA BALLIGHNA RAMADHAN”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar