Senin, 23 Juli 2012

ASMAUL HUSNA


image
Semua yang ada di alam ini merupakan ciptaan (makhluk) Allah SWT. Allah SWT mempunyai sifat-sifat yang agung, mulia, dan besar yang tidak terdapat pada semua rnakhluk-Nya. Oleh karena itu, semua makhluk-Nya harus menyembah kepada-Nya. Namun. sifat-sifatAllah SWT tersebut tidak hanya tergambar dalam sifat wajib-Nya, melainkan juga dari namanamabaik yang menyertai-Nya (AsmaHusna). Apa yang dimaksud AsmaulpHusna dan bagaimana cara mengetahuinya? Ditinjau dari makna katanya asma/ism adalah nama, sedangkan husna adalah baik. Jadi Asmaul Husna merupakan sebutan atau nama-nama Allah SWT yang baik. nama-nama baik bagi Allah SWT berjumlah 99 nama. Kita dapat mengetahui nama-nama Allah SWT tersebut dari Alquran. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya Allah SWT sendirilah yang membuat nama-nama itu untuk diri-Nya. Firman Allah SWT dalam QS Al Hasyr ayat 24 :


Artinya : “Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di 
langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Hasyr :24)

Apabila seseorang menyatakan diri mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa dibuktikan dari seberapa sering ia menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT dapat dilakukan dengan menyebut kalimat¬kalimat tayyibah atau menyebut nama-nama Allah SWT dalam Asmaul Husna. Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada Allah SWT. Firman Allah SWT dalam Alquran:
Artinya : “Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf : 180)

Berdasarkan ayat di atas, kita diperintahkan untuk selalu menyebut nama-nama Allah SWT yang terhimpun dalam Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dilakukan sebaiknya didahului dengan menyebut nama-Nya (terwujud dalam kalimat basmalah). Allah SWT memerintahkan untuk menyebut-Nya dengan Asmaul Husna sebagai pujian dan pengantar doa kepada-Nya. Dalam berdoa kita pasti meminta sesuatu. Dengan memuji nama-Nya terlebih dahulu, harapan akan terkabulnya doa kita tentu akan semakin besar. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah menjelaskan:
Artinya : “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk surga”. (HR. Bukhari)
Dari 99 nama Allah SWT tersebut akan dibahas 10, antara lain adalah : As Salam, Al Aziz, Al Khaliq, Al Ghaffar, Al Wahhab, Al Fattah, Al Adl, Al Qayyum, Al Hadi, dan AsShabur.
1. As Salam (Mahasejahtera) Arti dari Asmal Husna As Salam adalah Mahasejahtera. Di dunia ini Allah SWT mensejahterakan seluruh makhluknya. Dengan demikian Allah SWT tidak hanya menciptakan kemudian memelihara makhluk-makhluknya. Lebih dari itu Allah SWT mencurahkan kasih sayangnya dengan membuat makhluk-makhluknya menjadi sejahtera. Allah SWT menyediakan tempat yang paling sesuai untuk makhluk-Nya. Allah ciptakan air untuk tempat ikan-ikan, Dia menciptakan udara untuk terbang burung-burung. Demikian pula Dia ciptakan hamparan bumi yang dapat menumbuhkan berbagai tumbuhan untuk kesejateraan manusia dan makhluk-makhluk daratan yang lain. Di akhirat nanti Allah SWT senantiasa mengirimkan salam, atau rasa damai, rahmat, perlindungan, keselamatan, dan penghormatan bagi orang beriman di dalam surga. Q.S. Yasin [36]: 57. Dalam ayat ini, Allah ar Rahim menganugerahkan kepada orang beriman perlindungan dan kebahagiaan di surga yang dicita-citakan. Dialah yang menyelamatkan hamba-hamba yang beriman dari semua mara bahaya, dengan memberikan kepada mereka rasa damai, kasih sayang, dan keselamatan di akhirat. Firman Allah dalam QS. Al Hasyr : 23
Artinya : “Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.” ( QS. Al Hasyr : 23)
Manusia dapat meneladani Asmaul Husna ini dengan cara senantiasa menciptakan suasana damai, aman dan membahagiakan sesama manusia. Untuk menebarkan kesejahteraan dapat dimulai dari hal-hal sederhana seperti setiap bertemu orang lain menyapa, tersenyum dan mengucap salam. Dengan demikian kita tidak boleh menimbulkan rasa gelisah, khawatir, dan membuat susah orang lain. Apalagi sampai mengancam keselamatan (meneror) orang lain, hal ini sangat dilarang dalam
ajaran Islam. Orang mukmin yang meneladani As Salam telah membersihkan hatinya dari rasa benci, iri hati, khianat, dan dendam sehingga segala perkataan, sikap, dan perilakunya senantiasa membuat kedamaian dan kesejahteraan bagi orang lain. Dia mampu menjaga semua anggota tubuhnya dari melakukan perbuatan yang salah dan haram, dan telah menyelamatkan dirinya dari menjadi budak hawa nafsunya. Jika seorang mukmin telah mencapai tingkatan tersebut, Allah SWT akan melindunginya dari semua kesulitan, kekurangan, dan aib.
 2. Al Aziz (Maha Perkasa) Al ‘Azizu atau Maha Perkasa menunjukkan bahwa Allah SWT mempunyai kekuatan dan keperkasaan yang tidak ada tandingannya (mutlak). Sebagai Zat Yang Maha Perkasa, keperkasaan Allah SWT tidak pernah berkurang dan abadi. Berbeda dengan keperkasaan yang dimiliki oleh manusia. Keperkasaan manusia bersifat sementara dan bisa tergantikan oleh keperkasaan manusia lainnya. Suatu pepatah mengatakan: di atas langit ada langit. Siapakah yang paling tinggi? la adalah Allah SWT. Manusia yang diberi sedikit keperkasaan dan kelebihan tidak boleh sombong. Keperkasaan dan kelebihannya sematamata
pemberian Allah SWT. Alangkah baiknya bila keperkasaan dan kelebihannya itu digunakan untuk rnenambah rasa syukur kepada Allah SWT dan berbuat baik kepada yang lemah. Firman Allah SWT dalam Alquran:
Artinya : “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk : 2)
Seorang mukmin dapat meneladani Al Aziz dengan cara menjadi orang kuat secara fisik dan mental. Orang yang hendak menjadikan dirinya kuat secara fisik harus senantiasa menjaga kesehatannya. Dia tidak merokok, tidak makan dan minum yang haram, serta menjauhi narkoba. Orang yang hendak kuat secara mental harus terus melatih diri untuk bisa mengendalikan diri dari diperbudak oleh hawa nafsu. Hamba Allah SWT yang kuat tersebut tidak menggunakan kekuatannya itu untuk merugikan, menyakiti, dan mencelakai orang lain. Dia juga tidak sombong karena dia meyakini bahwa masih banyak orang lain yang lebih kuat dari dirinya. Sebaliknya, orang yang meneladani al Aziz selalu ingin agar kemampuan yang dimilinya dapat bermanfaat untuk membantu orang lain.
3. Al Khaliq (Maha Pencipta) Maksud dari Al Kaliq adalah Allah SWT Maha Pencipta. Allah SWT kuasa menciptakan segala sesuatu, mulai dari yang sangat kecil sampai yang sangat besar. Mulai dari yang tampak sampai yang tidak tampak. Allah SWT dapat menciptakan makhluk mati (abiotik) maupunmakhluk hidup (biotik). Allah menciptakan segala sesuatu tanpa ada yang sia-sia, semuanya bermanfaat. Terlebih lagi ketika Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang dikatakan-Nya sebagai makhluknya yang paling baik, makhluk yang paling sempurna, maka kita harus bersyukur kepada-Nya. Pahamilah bahwa Allah telah menciptakan segalanya bagi manusia dan menciptakan manusia bagi Diri-Nya sendiri. Seluruh isi alam baik makhluk hidup maupun yang tidak hidup serta tatanan yang menyertainya, merupakan manfaat dan hikmah bagi manusia. Orang mukmin harus harus menemukan manfaat dan hikmah ini, kemudian menggunakannya, dan merasa beruntung karena menjadi bagian yang sangat penting dan berperan dari penciptaan ini.Firman Allah SWT :
Artinya : Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
Kita dapat meneladani al Khalik dengan cara menjadi orang yang kreatif dan menjadikan hasil karya kita bermanfaat bagi orang lain. Bukan sebaliknya, menjadi kreatif tapi menggunakan karya kita untuk merusak lingkungan, menyakiti, merugikan, dan bahkan membunuh manusia lain.
4. Al Ghaffar (Maha Pengampun) Arti dari al Ghaffar adalah Maha Pengampun. Allah SWt adalah Zat Yang Maha Pengampun. Allah SWT memperlihatkan kebaikan dan keindahan, dan menyembunyikan keburukan. Coba renungkan, berapa banyak keburukan yang telah kita lakukan selama ini, namun Allah SWT menyembunyikannya, dan barangkali hanya diri kita dan Allah SWT sajalah yang mengetahui. Dosa adalah sesuatu yang buruk. Sedangkan Allah SWT menciptakan alam ini dengan penuh kebaikan dan keserasian. Dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia itulah yang sebenarnya membuat keserasian dan kebaikan itu menjadi terganggu. Oleh karena itu jangan heran kalau seseorang melakukan perbuatan dosa, maka dia akan merasalkan gelisah dan gundah di dalam hatinya. Kecuali hatinya sudah menjadi sangat jahat dan keras, maka dia merasa semakin bangga dan sombong setelah berbuat dosa. Bagaimana cara untuk menghapus dosa yang telah kita lakukan sehingga hati kembali menjadi tenang? Allah mengajarkan kita untuk bertobat. Tobat merupakan kesadaran atas keburukan yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri, bersamaan dengan usaha mengubah hal yang buruk, atau setidak-tidaknya, menyembunyikannya. Dengan Zat-Nya Yang Maha Pengampun maka Allah akan menerima tobat itu dan memberi memaafkanya.
Firman Allah dalam QS. Thaha : 82
Artinya : Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
Kita dapat meneladani al Ghaffar dengan terus memupuk sifat pemaaf, yang dengan lapang dada dapat memaafkan kesalahan orang lain, baik kesalahan orang tua, saudara, teman, bahkan kesalahan orang yang menganggap kita sebagai musuh. Meneladani al Ghaffar juga dapat dengan cara tidak membeberkan aib, cacat, dan kesalahan orang lain, memiliki rasa belas kasihan untuk tidak menganggap kesalahan sebagai kesalahan. Orang seperti itu mengamalkan cara ini kepada orang-orang yang telah diampuni Allah Yang Maha Pengampun.
5. Al Wahhab (Maha Pemberi) Al Wahhab atau Maha Pemberi menunjukkan bahwa Allah SWT memenuhi segala kebutuhan makhluk-Nya di alam ini. Allah SWT memenuhi semua kebutuhan itu tanpa henti dan tidak mengharap apapun dari makhluk-Nya. Dialah Zat Yang Maha Pemberi, tanpa syarat, tanpa batas, tanpa mengharapkan keuntungan atau imbalan, yang memberikan segala kepada setiap orang, di mana saja, kapan saja. Allah SWT memberikan kepada manusia kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohaninya. Dia berikan rizki, ilmu, kesehatan, rasa cinta, kebahagiaan, dan kebebasan bagi manusia. Allah SWT memberikan mulai dari kebutuhan yang kecil hingga yang besar. Dialah Pencipta semua yang dibutuhkan manusia, kebutuhan mereka, dan pemuasan kebutuhan itu. Seandainya al-Wahhab bukan pemberi seperti itu, tentu tak seorang pun yang menerima apa pun. Jika Allah SWT berkehendak memberi kepada kita, maka tak seorang pun yang dapat menghalang-halangi. Dan jika Dia memberi kepada orang lain, maka tak ada satu pun kekuatan di dunia ini yang dapat mengalihkan kebaikan itu kepadamu.
Firman Allah :
Artinya : “(Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."” (QS. Ali Imran : 8)
Kita dapat meneladani al Wahhab dengan suka memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan. Seperti halnya Allah SWT, ketika memberi kita tidak boleh mengharap balasan apapun. Allah SWT telah menyediakan balasan yang lebih dari apa yang telah diberikan kepada orang lain. Rasa ikhlas dan yakin bahwa Allah SWT tidak akan pernah lalai kepada makhluk-Nya yang telah berbuat kebaikan akan memberikan ketenangan dalam hati. Al Wahhabu juga memberi isyarat bahwa manusia diberi kesempatan untuk memohon kepada-Nya. Manusia selalu mempunyai keinginan dan harapan. Manusia tidak dapat mencapai apa yang menjadi keinginannya hanya dengan berusaha dan bekerja keras. Manusia juga harus memohon dan berdoa kepada Allah SWT. Dengan memohon bantuan
Allah SWT untuk mewujudkan keinginannya tadi, menandakan bahwa is bukanlah manusia yang sombong. Hanya Allah SWT yang berhak mewujudkan segalanya.
6. Al Fattah (Maha Pembuka Hati/Maha Pemberi Keputusan) Al Fattahu atau Maha Pembuka dan pemberi jalan keluar. Dialah Pembuka dan Pemberi jalan keluar, Yang membuka semua yang terkunci, terikat, dan sulit. Coba renungkan! Diantara sekian banyak pmasalah dalam kehidupan baik mengenai pelajaran sekolah maupun problem hidup, tentu ada yang kita rasakan sulit dalam menyelesaikannya. Ada hal-hal yang sulit yang tidak dapat kita ketahui jalan keluarnya. Allah al-Fatah membuka semuanya. Bagi hamba Allah SWT yang taat dan beriman, tak ada satupun masalah yang tidak diberikan jalan keluarnya. Jika Allah sudah berkehendak memberikan pencerahan dan jalan keluar, maka siapapun tak dapat menghalanginya. Terus-meneruslah berdoa dan carilah segala sesuatu dari Allah SWT. Jika kebetulan kita masih bodoh maka LALah akan membuikakan pikiran kita m,enjadi pandai. Ketika kita merasa sumpek maka Allah SWT akan membuka hati dan keceriaan kita. Ketika hambanya miskin, Dialah Yang Mahakaya dan dapat memberikan apapun yang diminta hambanya. Ketika kita dalam kesulitan maka al Wahhab yang akan membuka pintu jalan keluarnya. Firman Allah :
Artinya : “Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui". (QS. Saba’ : 26)
Seorang mukmin dapat meneladani al Wahhab dengan cara membuka pintu hati dengan kasih sayang. Tolonglah orang-orang yang lebih lemah, agar kita terselamatkan dari kezaliman orang yang lebih kuat dari diri kita. Tolonglah orang yang jatuh, agar kita ditolong ketika jatuh. Yang terpenting, janganlah kita menyakiti siapa pun, karena perbuatan buruk ini akan mengunci pintu kasih sayang dan rahmat. Orang mukmin yang meneladani al Wahhab juga senantiasa mengasah diri, membuka pikiran dan terus memperluas wawasan dengan ilmu. Semakin banyak ilmu yang kita miliki, maka menjadikan semakin banyak masalah dapat diselesaikan.
7. Al Adl (Maha Adil) Asmaul Husna Al Adl berarti Maha Adil. Keadilan Allah SWT bersifat mutlak, tidak dipengaruhi apapun dan siapapun. Keadilan Allah SWT juga didasari dengan ilmu Allah SWT yang Maha Luas, sehingga tidak mungkin keputusan Allah SWT itu salah. Walaupun kalau dilihat dari sudut pandang manusia hal itu rasanya kurang adil, namun bila dipahami, direnungkan, dan dihayati dengan penuh rasa iman dan taqwa, maka apa yang diputuskan Allah itu merupakan keputusan yang sangat adil. Dengan demikian, jangan pernah berpikiran bahwa adanya orang yang kaya dan miskin, orang normal dan cacat, orang berkulit putih dan hitam, serta perbedaan-perbedaan lainnya merupakan ketidakadilan Allah SWT. Justru itulah keadilan dari Allah SWT. Bayangkan! apa jadinya dunia ini kalau segala sesuatu itu sama, tak ada perbedaan sama sekali dan tak ada perubahan, pasti dunia ini sangat mebosankan.
Firman Allah QS. Al Anam : 115
Artinya : Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur’an, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah-robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Lawan kata dari keadilan adalah kezaliman. Kalau keadilan menjadikan ketentraman, keserasian, keseimbangan, keteraturan, dan ketertiban, maka kezaliman menyebabkan penderitaan, kerusakan, sakit hati, dan kekacauan. Dengan keadilannya Allah SWT telah menciptakan alam ini dengan penuh keserasian, keseimbangan, dan Dia berikan aturanaturan sehingga manusia dan seluruh penghuni dunia ini merasakan kedamaian. Namun sebagian manusia itu sendiri yang berbuat zalim terhadap alam, manusia lain, bahkan terhadap dirinya sendiri sehingga timbul ketidakteraturan dan kekacauan di mana-nama. Kita dapat meneladani al Adl dengan cara berbicara, bersikap, dan bertingkah laku terhadap orang lain dengan baik. Kalau kita merasa sakit hati bila diejek, maka orang lain juga sakit hatinya ketika diejek. Oleh karena itu jangan pernah mengejek orang lain. Jangan melakukan sesuatu yang didasari atas rasa marah, dendam, atau kepentingan diri sendiri, karena hal itu menjadikan seseorang berlaku tidak adil.
8. Al Qayyum (Maha Mandiri) Al Qayyum atau Maha Berdiri Sendiri rnenunjukkan bahwa Allah SWT tidak membutuhkan bantuan dari siapun dalam menciptakan dan mengatur seluruh alam. Dan
Bila direnungkan, betapa kuasanya Allah SWT dalam mengatur planet-planet di seluruh jagad raya dan mengatur pergantian siang dan malam. Renungkan pula keteraturan hubungan antar makhluk di dunia ini. Setiap makhluk secara tidak sadar saling membutuhkan dan sating memanfaatkan satu sama lain. Contohnya, manusia membutuhkan tumbuhan untuk dimakan. Setelah dimakan terjadi proses metabolisme dalam tubuh, kemudian sisanya dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Kotoran itu kemudian diurai oleh bakteri dan oleh tumbuhan dijadikan makanan kembali, begitu seterusnya. Berkat pengaturan dari Allah SWT itulah semua yang di alam ini saling memberi, saling menerima, saling membutuhkan, dan saling memanfaatkan. Pengaturan alam oleh Allah SWT ini tak hanya menyangkut kehidupan di alam nyata. Allah SWT juga mengatur kehidupan makhluk-makhluk di alam gaib, seperti malaikat, jin, setan. surga, dan neraka. Tidak ada yang mampu melakukan semuanya kecuali Allah SWT. Bayangkan saja, jika kamu menjadi seorang ketua kelas, terkadang merasa sulit dan kewalahan mengatur teman satu kelas. Namun tidak demikian halnya dengan Allah SWT. Allah SWT mampu mengatur seluruh jagad raya ini sejak mulai diciptakan hingga waktu yang tidak kita ketahui. Allah Berfirman :
Artinya : “Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman.” (QS Thaha : 111)
Seorang mukmin dapat meneladani al Qayyum dengan cara menjadi orang mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dia tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Orang yang demikian adalah orang yang mempunyai mental rajin bekerja dan tekun. Seorang mukmin juga dapat menerapkan Asmaul Husna al Qayyumu dengan melepaskan diri dari ketergantungan kepada selain Allah. Ada pepatah yang mengatakan bahwa "Janganlah bersandar pada sebatang pohon yang akan menjadi kering dan tumbang. Janganlah bergantung pada manusia, karena mereka akan menjadi tua dan mati." Tempat bergantung dan bersandar yang sebenarnya hanyalah kepada Allah SWT, karena Dia Zat Yang Maha Abadi, Maha Pemurah, dan Maha Mandiri.
9. Al Hadi (Maha Pemberi Petunjuk) Al Hadi atau Maha Pemberi Petunjuk menunjukkan bahwa Allah SWT memberi petunjuk atau hidayah kepada siapapun di antara hamba-Nya yang Dia kehendaki. Petunjuk yang paling utama bagi manusia berupa agama yang benar di sisi-Nya. Dengan agama yang benar, kehidupan manusia menjadi terarah. tidak tersesat, dan sampai pada tujuan hidup yang sebenarnya. yakni kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Hanya Allah SWT-lah yang dapat memberikan petunjuk. Allah SWT paling mengetahui siapa yang patut mendapat petunjuk dan siapa yang belum patut mendapatkan petunjuk. Seorang Rasul sekalipun tidak akan dapat memberikan petunjuk atau hidayah itu. Perhatikan Firman Allah SWT berikut! Ayat ini turun sebagai jawaban Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW karena pamannya yang bernama Abu Talib sampai akhir hayatnya belum memeluk Islam. Dalam ayat tersebut terkandung maksud bahwa para nabi dan rasul hanya diberi tugas untuk menyampaikan ajaran tauhid dan ajaran Islam yang datangnya dari Allah SWT.
Diterima atau ditolaknya ajaran tersebut oleh umatnya bukan lagi menjadi kewajiban para rasul. Para rasul itu pun tidak diperbolehkan untuk memaksakan orang lain mengakui kebenaran yang disampaikannya. Sebagai contoh, Nabi Muhammad SAW tidak dapat menyadarkan pamannya yang bernama Abu Talib untuk masuk Islam. Nabi Ibrahim tidak mampu menyadarkan ayahnya yang bernama Azar untuk berhenti menyembah berhala. Nabi Nuh tidak dapat menyadarkan anaknya yang bernama Kan’an untuk menyembah Allah SWT. Firman Allah :
Artinya : “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al Qasas:56)
Kita dapat meneadani al hadi dengan membuka diri ketika orang lain meminta bantuan dan nasehat. Berilah nasehat yang baik, jangan memberi nasehat menyesatkan. Ajaran Islam memerintahkan kita untuk saling menasehati dengan kesabaran dan kebaikan. Jadi, ketika kita berdakwah untuk mengajak orang lain maka lakukan dengan cara-cara yang ramah dan lemah lembut.
10. As Sabur (Maha Sabar) As Sabur berarti Mahasabar. Allah SWT adalah Zat yang Mahasabar. Dengan kesabaran- Nya Dia tidak tergesa-gesa menghukum para pelaku perbuatan dosa. Malah Dia tetap memberikan kepada mereka rezeki, melindungi mereka dari bahaya, dan membiarkan mereka hidup dengan sehat dan sejahtera. Allah SWT memberi waktu dan kesempatan kepada mereka, dan Dia menentukan waktu yang tepat untuk mengingatkan atau menegurnya. Kalau sampai saatnya tidak juga mau bertobat, maka Allah SWt juga telah menetapkan waktu memberikan balasan atas kezalimannya itu. KesabaranNya terhadap para pelaku perbuatan dosa bertujuan untuk memberi mereka waktu untuk menjadi insaf, menyadari kesalahan mereka dan bertobat. Allah adalah Maha Penyayang, kasih sayang-Nya diwujudkan dalam bentuk memberi kesempatan untuk bertobat dan menerima tobat. Kesabaran adalah watak Allah; oleh karena itu, orang yang sabar mencerminkan watak yang mulia ini. Orang yang sabar menolak hal-hal yang diinginkan oleh hawa nafsunya khususnya yang tidak dapat diterima oleh akal dan oleh agama. Dia gunakan dirinya sendiri terhadap hal-hal yang dapat diterima oleh akal dan agama, meskipun hal itu kelihatannya tidak mengenakkan.
Kesabaran adalah derajat sangat tinggi bagi orang yang beriman, karena segala urusan di dunia dan di akhirat dituntaskan dengannya. Tidak ada keberhasilan dan tidak ada kesempurnaan yang dapat dicapai dengan mudah dan tanpa kesabaran. Firman Allah SWT :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah : 153)
Kita dapat meneladani As Sabur dengan menjadi orang yang sabar. Orangyang sabar tidak teledor/telat dan tidak pula tergesa-gesa, tetapi bertindak pada waktunya. Dia bersikap sabar dalam perang melawan hawa nafsu yang tak kunjung padam. Ia terusmenerus menjaga ketentuan Allah dan beribadah kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar