Judul Buku : Biografi Imam Syafi'i
Penulis : Dr. Tariq Suwaidan
Penerjemah : Iman Firdaus Lc, Q. Dipl
Penerbit : Zaman, Jakarta
Cetakan Ke : 1
Tahun Terbit : 2011
Dimensi : 310 hlm., 16,5 x 19 cm
ISBN : 978-979-024-095-7
***
Nama Imam Syafi'i sering disebut, bahkan sangat familiar di telinga kita. Tetapi, apakah kita tahu sejarah hidupnya? Bahwa ia dilahirkan di kota Gaza, Palestina? Sebuah kota yang kini diblokade Israel sehingga menjadi "penjara" terbesar di dunia. Tahukah kita, bahwa ulama fenomenal yang memiliki nama asli Muhammad bin Idris ini telah hafal Al-Qur'an pada usia 7 tahun dan hafal kitab hadits Al-Muwatha' pada usia 10 tahun?
Sebagian orang terkadang malas untuk belajar sejarah atau membaca biografi lantaran pembahasannya yang panjang dan "bertele-tele." Nah, pada sisi inilah kelebihan buku Biografi Imam Syafi'i yang ditulis Dr Tariq Suwaidan ini. Bahasanya ringkas, sederhana dan "mengalir." Selain itu, desain isi buku yang diterbitkan Zaman ini sangat menarik karena disertai dengan banyak gambar ilustrasi hampir di setiap halamannya.
Dr Tariq Suwaidan membagi pembahasan Biografi Imam Syafi'i dalam empat bagian. Pertama, mengenal Imam Syafi'i. Bagian ini mengupas sejarah Imam Syafi'i mulai kelahiran hingga masa remajanya, disertai sifat fisik, suara dan pakaiannya. Kedua, bakat dan keistimewaan Imam Syafi'i; membahas bakat khusus, keteladanan akhlak dan kepandaiannya sebagai sastrawan dan ahli bahasa. Ketiga, puncak ketenaran Imam Syafi'i. Pada bagian ini pembaca disuguhi sejarah Syafi'i saat mulai menjadi murid Imam Malik, menjadi ulama di Makkah, menjadi ulama di Irak, hingga yang terakhir pindah ke Mesir. Keempat, prinsip dasar dan keistimewaan mazhab Syafi'i, baik terkait aqidah, prinsip dasar, karya-karyanya, murid-muridnya hingga pujian para ulama saat kehilangan imam besar ini.
Sejarah Singkat Imam Syafi'i
Dari buku Biografi Imam Syafi'i kita mengetahui bahwa Imam Syafi'i lahir di Gaza pada tahun 150 H, tahun wafatnya Imam Abu Hanifah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Ustman bin Syafi'i bin al-Sa'ib bin 'Ubaid bin Abd Yazid bin Hasyim bin Muthalib bin Abdi Manaf. Jadi, beliau kelak dikenal dengan nama kakek dari kakeknya. Imam Syafi'i adalah satu-satunya imam mazab yang memiliki nasab murni Arab dan bersambung dengan nasab Rasulullah pada kakek moyangnya, Abdi Manaf.
Di masa kecilnya Imam Syafi'i hidup miskin. Namun ia memiliki ibu yang luar biasa. Sang ibu yang berasal dari Azad merupakan muslimah yang ahli beribadah dan berakhlak mulia. Jika kemudian Syafi'i menjadi ulama dan imam besar, itu adalah saham ibunya yang mendidik Syafi'i sejak kecil dan mengirimnya ke Makkah untuk menimba ilmu dari para ulama serta mencari garis nasabnya agar bisa meneladani kemuliaan mereka.
Di Makkah itulah, Imam Syafi'i yang masih berusia tujuh tahun telah hafal Al-Qur'an. Saat gurunya terlambat, Syafi'i kecil lah yang mengajari anak-anak lainnya. Ia biasa menghafalkan seketika saat gurunya mendiktekan. "Tak layak bagiku untuk memungut bayaran sepeserpun darimu," kata sang guru mengetahui keistimewaan dan 'jasa' Syafi'i kecil.
Memasuki usianya yang kedelapan, Syafi'i kecil sudah terbiasa bergabung dengan para ulama di Masjid. Ia mulai menghafal hadits. Ia menghafalnya dari apa yang ia dengarkan. Syafi'i kecil juga suka ke perpustakaan untuk membaca catatan dan berbagai manuskrip. Dari sinilah Imam Syafi'i hafal Al-Muwatha' pada usia 10 tahun, sebelum bertemu dan berguru pada Imam Malik, sang penyusun kitab hadits itu.
Selain keistimewaannya dalam menghafal, Syafi'i yang mulai tumbuh remaja juga berlatih memanah dan berkuda. Ia menjadi ahli dalam kedua jenis olah raga yang dianjurkan Rasulullah itu. "Setiap sepuluh anak panah yang kuluncurkan, semuanya tepat mengenai sasaran," kata Imam Syafi'i beberapa tahun kemudian kepada para muridnya.
Imam Syafi'i mengasah kedua keterampilan itu sewaktu di dusun, yakni kaum Hudzail. Di sanalah Syafi'i menetap beberapa tahun, yang tujuan utamanya adalah mempelajari bahasa Arab yang murni, sejarah dan ilmu nasab, serta syair. Setelah selesai Syafi'i kembali ke Makkah sebagai seorang penyair, dengan hafalan Qur'an dan Al-Muwatha' yang masih terjaga.
Untuk beberapa waktu Imam Syafi'i terkenal sebagai penyair andal. Hingga suatu saat salah seorang keluarga pamannya mengatakan sesuatu yang akhirnya menjadi awal kemuliaan Imam Syafi'i. "Wahai Abu Abdullah, aku sangat menyayangkan jika kefasihan bahasa dan kecerdasanmu ini tidak disertai dengan ilmu fikih. Dengan ilmu fikih, kau akan memimpin semua generasi zamanmu," katanya, menyentakkan Imam Syafi'i.
Singkat cerita, Imam Syafi'i akhirnya diterima menjadi murid Imam Malik. Semula ia ditolak, tetapi demi melihat kesungguhan pemuda ini dan kehebatannya yang telah menghafal Al-Muwatha', Imam Malik menerimanya.
Kehebatan dan Keteladanannya
Kita mengenal Imam Syafi'i sebagai ulama fikih dan imam mazab yang besar. Namun, kehebatan Imam Syafi'i tidak terbatas pada bidang itu. Seperti disinggung di atas, Imam Syafi'i adalah seorang sastrawan dan ahli bahasa. Ahli nasab dan sejarah. Ia juga terampil dalam berkuda dan memanah. Selain itu, Imam Syafi'i juga ahli ilmu falak dan memiliki ilmu dasar kedokteran.
Ilmu kedokteran Imam Syafi'i terungkap sewaktu ulama ini pindah ke Mesir. Seorang dokter yang bertemu dengannya mengajaknya berdiskusi, hingga ia menyangka Imam Syafi'i adalah seorang dokter yang pindah dari Irak. Dokter itu hendak mengajak Syafi'i memperdalam buku kedokteran yang ia punya, tetapi Imam Syafi'i menjawab: "Mereka (murid-muridku) tidak akan merelakan aku untuk mempelajarinya."
Demikianlah ilmu Imam Syafi'i yang membuat kita terkagum-kagum. Namun akhlak dan keteladanannya tak kalah menawan. Imam Syafi'i biasa membagi malamnya menjadi tiga bagian; sepertiga untuk menulis, sepertiga untuk shalat dan sepertiganya untuk istirahat. Ia dikenal sebagai orang yang sangat wara', zuhud dan bertaqwa. Imam Syafi'i juga ahli sedekah. Seluruh harta yang didapatkannya segera ia sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Karenanya, ia tidak hanya dimuliakan orang-orang yang berilmu, tetapi juga dicintai oleh masyarakat umum.
Karya Imam Syafi'i
Nama kitab yang ditulis oleh Imam Syafi'i sangat banyak jumlahnya, hingga buku Biografi Imam Syafi'i ini membutuhkan empat halaman untuk menuliskan judulnya saja (hlm 221-224). Lebih dari 100 kitab itu sebagiannya kemudian dikodifikasi dalam satu kitab besar bernama Al-Umm. Inilah kitab induk mazhab Syafi'i, berisikan pikiran Imam Syafi'i yang sangat teliti, terperinci dan menyeluruh. Selain Al-Umm, kitab Imam Syafi'i yang sangat terkenal adalah Ar-Risalah. Kitab yang disebut terakhir ini merupakan kitab ushul fiqih pertama di dunia. Kitab Ar-Risalah merupakan model baru yang unik dalam hal metode ilmiah dan tata cara istinbath dari dalil-dalil fikih, yang sampai sekarang dijadikan rujukan oleh para ulama.
Imam Syafi'i wafat pada malam Jum'at di penghujung Rajab tahun 204 H. Beliau wafat pada usia 54 tahun.
Masih banyak hal menarik dari Imam Syafi'i yang dibahas dalam buku Biografi Imam Syafi'i ini. Diantaranya adalah siapa saja murid-muridnya, penyebaran ilmunya, dan sebagainya. Semoga review singkat ini bermanfaat dan tentu untuk lebih lengkap, kita harus membaca buku bermutu ini. Selamat membaca. [Muchlisin]
Penulis : Dr. Tariq Suwaidan
Penerjemah : Iman Firdaus Lc, Q. Dipl
Penerbit : Zaman, Jakarta
Cetakan Ke : 1
Tahun Terbit : 2011
Dimensi : 310 hlm., 16,5 x 19 cm
ISBN : 978-979-024-095-7
***
Nama Imam Syafi'i sering disebut, bahkan sangat familiar di telinga kita. Tetapi, apakah kita tahu sejarah hidupnya? Bahwa ia dilahirkan di kota Gaza, Palestina? Sebuah kota yang kini diblokade Israel sehingga menjadi "penjara" terbesar di dunia. Tahukah kita, bahwa ulama fenomenal yang memiliki nama asli Muhammad bin Idris ini telah hafal Al-Qur'an pada usia 7 tahun dan hafal kitab hadits Al-Muwatha' pada usia 10 tahun?
Sebagian orang terkadang malas untuk belajar sejarah atau membaca biografi lantaran pembahasannya yang panjang dan "bertele-tele." Nah, pada sisi inilah kelebihan buku Biografi Imam Syafi'i yang ditulis Dr Tariq Suwaidan ini. Bahasanya ringkas, sederhana dan "mengalir." Selain itu, desain isi buku yang diterbitkan Zaman ini sangat menarik karena disertai dengan banyak gambar ilustrasi hampir di setiap halamannya.
Dr Tariq Suwaidan membagi pembahasan Biografi Imam Syafi'i dalam empat bagian. Pertama, mengenal Imam Syafi'i. Bagian ini mengupas sejarah Imam Syafi'i mulai kelahiran hingga masa remajanya, disertai sifat fisik, suara dan pakaiannya. Kedua, bakat dan keistimewaan Imam Syafi'i; membahas bakat khusus, keteladanan akhlak dan kepandaiannya sebagai sastrawan dan ahli bahasa. Ketiga, puncak ketenaran Imam Syafi'i. Pada bagian ini pembaca disuguhi sejarah Syafi'i saat mulai menjadi murid Imam Malik, menjadi ulama di Makkah, menjadi ulama di Irak, hingga yang terakhir pindah ke Mesir. Keempat, prinsip dasar dan keistimewaan mazhab Syafi'i, baik terkait aqidah, prinsip dasar, karya-karyanya, murid-muridnya hingga pujian para ulama saat kehilangan imam besar ini.
Sejarah Singkat Imam Syafi'i
Dari buku Biografi Imam Syafi'i kita mengetahui bahwa Imam Syafi'i lahir di Gaza pada tahun 150 H, tahun wafatnya Imam Abu Hanifah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Ustman bin Syafi'i bin al-Sa'ib bin 'Ubaid bin Abd Yazid bin Hasyim bin Muthalib bin Abdi Manaf. Jadi, beliau kelak dikenal dengan nama kakek dari kakeknya. Imam Syafi'i adalah satu-satunya imam mazab yang memiliki nasab murni Arab dan bersambung dengan nasab Rasulullah pada kakek moyangnya, Abdi Manaf.
Di masa kecilnya Imam Syafi'i hidup miskin. Namun ia memiliki ibu yang luar biasa. Sang ibu yang berasal dari Azad merupakan muslimah yang ahli beribadah dan berakhlak mulia. Jika kemudian Syafi'i menjadi ulama dan imam besar, itu adalah saham ibunya yang mendidik Syafi'i sejak kecil dan mengirimnya ke Makkah untuk menimba ilmu dari para ulama serta mencari garis nasabnya agar bisa meneladani kemuliaan mereka.
Di Makkah itulah, Imam Syafi'i yang masih berusia tujuh tahun telah hafal Al-Qur'an. Saat gurunya terlambat, Syafi'i kecil lah yang mengajari anak-anak lainnya. Ia biasa menghafalkan seketika saat gurunya mendiktekan. "Tak layak bagiku untuk memungut bayaran sepeserpun darimu," kata sang guru mengetahui keistimewaan dan 'jasa' Syafi'i kecil.
Memasuki usianya yang kedelapan, Syafi'i kecil sudah terbiasa bergabung dengan para ulama di Masjid. Ia mulai menghafal hadits. Ia menghafalnya dari apa yang ia dengarkan. Syafi'i kecil juga suka ke perpustakaan untuk membaca catatan dan berbagai manuskrip. Dari sinilah Imam Syafi'i hafal Al-Muwatha' pada usia 10 tahun, sebelum bertemu dan berguru pada Imam Malik, sang penyusun kitab hadits itu.
Selain keistimewaannya dalam menghafal, Syafi'i yang mulai tumbuh remaja juga berlatih memanah dan berkuda. Ia menjadi ahli dalam kedua jenis olah raga yang dianjurkan Rasulullah itu. "Setiap sepuluh anak panah yang kuluncurkan, semuanya tepat mengenai sasaran," kata Imam Syafi'i beberapa tahun kemudian kepada para muridnya.
Imam Syafi'i mengasah kedua keterampilan itu sewaktu di dusun, yakni kaum Hudzail. Di sanalah Syafi'i menetap beberapa tahun, yang tujuan utamanya adalah mempelajari bahasa Arab yang murni, sejarah dan ilmu nasab, serta syair. Setelah selesai Syafi'i kembali ke Makkah sebagai seorang penyair, dengan hafalan Qur'an dan Al-Muwatha' yang masih terjaga.
Untuk beberapa waktu Imam Syafi'i terkenal sebagai penyair andal. Hingga suatu saat salah seorang keluarga pamannya mengatakan sesuatu yang akhirnya menjadi awal kemuliaan Imam Syafi'i. "Wahai Abu Abdullah, aku sangat menyayangkan jika kefasihan bahasa dan kecerdasanmu ini tidak disertai dengan ilmu fikih. Dengan ilmu fikih, kau akan memimpin semua generasi zamanmu," katanya, menyentakkan Imam Syafi'i.
Singkat cerita, Imam Syafi'i akhirnya diterima menjadi murid Imam Malik. Semula ia ditolak, tetapi demi melihat kesungguhan pemuda ini dan kehebatannya yang telah menghafal Al-Muwatha', Imam Malik menerimanya.
Kehebatan dan Keteladanannya
Kita mengenal Imam Syafi'i sebagai ulama fikih dan imam mazab yang besar. Namun, kehebatan Imam Syafi'i tidak terbatas pada bidang itu. Seperti disinggung di atas, Imam Syafi'i adalah seorang sastrawan dan ahli bahasa. Ahli nasab dan sejarah. Ia juga terampil dalam berkuda dan memanah. Selain itu, Imam Syafi'i juga ahli ilmu falak dan memiliki ilmu dasar kedokteran.
Ilmu kedokteran Imam Syafi'i terungkap sewaktu ulama ini pindah ke Mesir. Seorang dokter yang bertemu dengannya mengajaknya berdiskusi, hingga ia menyangka Imam Syafi'i adalah seorang dokter yang pindah dari Irak. Dokter itu hendak mengajak Syafi'i memperdalam buku kedokteran yang ia punya, tetapi Imam Syafi'i menjawab: "Mereka (murid-muridku) tidak akan merelakan aku untuk mempelajarinya."
Demikianlah ilmu Imam Syafi'i yang membuat kita terkagum-kagum. Namun akhlak dan keteladanannya tak kalah menawan. Imam Syafi'i biasa membagi malamnya menjadi tiga bagian; sepertiga untuk menulis, sepertiga untuk shalat dan sepertiganya untuk istirahat. Ia dikenal sebagai orang yang sangat wara', zuhud dan bertaqwa. Imam Syafi'i juga ahli sedekah. Seluruh harta yang didapatkannya segera ia sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Karenanya, ia tidak hanya dimuliakan orang-orang yang berilmu, tetapi juga dicintai oleh masyarakat umum.
Karya Imam Syafi'i
Nama kitab yang ditulis oleh Imam Syafi'i sangat banyak jumlahnya, hingga buku Biografi Imam Syafi'i ini membutuhkan empat halaman untuk menuliskan judulnya saja (hlm 221-224). Lebih dari 100 kitab itu sebagiannya kemudian dikodifikasi dalam satu kitab besar bernama Al-Umm. Inilah kitab induk mazhab Syafi'i, berisikan pikiran Imam Syafi'i yang sangat teliti, terperinci dan menyeluruh. Selain Al-Umm, kitab Imam Syafi'i yang sangat terkenal adalah Ar-Risalah. Kitab yang disebut terakhir ini merupakan kitab ushul fiqih pertama di dunia. Kitab Ar-Risalah merupakan model baru yang unik dalam hal metode ilmiah dan tata cara istinbath dari dalil-dalil fikih, yang sampai sekarang dijadikan rujukan oleh para ulama.
Imam Syafi'i wafat pada malam Jum'at di penghujung Rajab tahun 204 H. Beliau wafat pada usia 54 tahun.
Masih banyak hal menarik dari Imam Syafi'i yang dibahas dalam buku Biografi Imam Syafi'i ini. Diantaranya adalah siapa saja murid-muridnya, penyebaran ilmunya, dan sebagainya. Semoga review singkat ini bermanfaat dan tentu untuk lebih lengkap, kita harus membaca buku bermutu ini. Selamat membaca. [Muchlisin]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar